Selasa, 20 Maret 2012

KARYA ILMIAH


1. Definisi Karya ilmiah

Karya Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Karya ilmiah juga biasa disebut karangan ilmiah. Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodolog penulisan yang baik dan benar.
Adapun jenis karangan ilmiah yaitu:
1. Makalah: karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan).
2. Kertas kerja: makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius, biasanya disajikan dalam lokakarya.
3. Skripsi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain
4. Tesis: karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
5. Disertasi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan analisi yang terinci.
Menurut http://www.geocities.com/liacybercampus/pedomanskripsi, karya ilmiah ada dua jenis, yaitu :
a. Karangan ilmiah, yaitu salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang
diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya.
b. Laporan ilmiah, yaitu suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan,atau gagasan dari
seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan.. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan telnologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu.
MACAM KARYA TULIS ILMIAH
Sesuai dengan cirinya yang tertulis tadi, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

2. Ciri-ciri Karya Ilmiah
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

3. SIKAP ILMIAH
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap sebagai : “ An  attitude ia an idea charged with emotion  which predis poses a class of actions to aparcitular class of social situation” .
Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu  komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain  kecendrungan individu  untuk bertindak atau berprilaku  dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara ;ain :
Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera  sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
Sikap kritis :  Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan;  Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
Sikap ingin menemukan :  Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.
Lebih rinci Diederich mengidentifikasikan 20 komponen sikap ilmiah sebagai berikut :
Selalu meragukan sesuatu.
Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah.
Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental.
T e k u n.
Suka pada sesuatu yang baru.
Mudah mengubah pendapat atau opini.
Loyal etrhadap kebenaran.
Objektif
Enggan mempercayai takhyul.
Menyukai penjelasan ilmiah.
Selalu berusaha melengkapi penegathuan yang dimilikinya.
Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi.
Menyadari perlunya asumsi.
Pendapatnya bersifat fundamental.
Menghargai struktur teoritis
Menghargai kuantifikasi
Dapat menerima penegrtian kebolehjadian dan,
Dapat menerima pengertian generalisasi

4. Persiapan dalam menulis PI

Pertama Kumpulkan Informasi 
Membaca  surat kabar, majalah ataupun buletin pendidikan utamanya, hendaknya menjadi kebutuhan bagi guru agar tidak ketinggalan informasi. Bagi guru calon penulis, membaca tidak sekedar mendapatkan informasi kemudian dibiarkan hilang begitu saja tanpa kesan. Akan tetapi informasi baru hendaknya diinventarisir dengan cara dicatat ataupun dikumpulkan guntingan-guntingan informasi surat kabar itu lengkap dengan tanggal pemuatannya. Perlakuan ini dimaksudkan sebagai proses pengumpulan dokumen informasi yang dapat digunakan sebagai modal pencarian tema dalam penulisan karya ilmiah populer Anda.

Pengumpulan informasi dapat diperoleh dari mana pun tergatung dengan media apa penulis itu bergelut. Koran, majalah, buletin, radio, TV, internet atau wawancara langsung dengan nara sumber adalah sumber informasi yang tak habis-habisnya digali. Informasi tentang pendidikan memang silih berganti datang bertubi setiap hari. Informasi itu terus berlari seiring dengan pergantian hari.

Bagi calon penulis dan penulis yang sudah terbiasa menulis, informasi baru merupakan  bahan tulisan yang sangat ditunggu-tunggu. Oleh karena itu informasi baru harus diinventarisir sehingga penulis dapat memiliki informasi yang segera dapat diangkat menjadi opini atau artikel.

Jangan lupa, informasi dari pakar dan media elektronik agar dicatat runtut sesuai urutan waktu yang disertai tanggal tayang atau tanggal acara itu berlangsung. Nama acara dicantumkan dalam catatan akan lebih lengkap dan lebih baik.

Mengapa harus mengumpulkan informasi baru ? Media masa hanya akan memuat tulisan yang mengandung hal baru baik informasinya, pandangan pencerahan, pendekatan, saran maupun solusinya. Topik yang dibahas pun sesuatu yang aktual, relevan dan menjadi persoalan di masyarakat. Pertimbangan inilah melandasi calon penulis hendaknya rajin mengumpulkan informasi yang baru.

Nah, apabila Anda menginginkan tulisannya diperhitungkan oleh penerbit , informasi  baru dalam tulisan Anda sangat diutamakan. Anda tidak akan menguasai informasi terbaru apabila  tidak mau rajin mengumpulkan informasi yang ada. Kasus ditolaknya tulisan tidak dimuat di media masa paling banyak disebabkan oleh hal  yang dibahas bukan hal baru

Kedua, Peka Melihat Keadaan

Melihat dapat diartikan memperhatikan. Peka melihat keadaan artinya mampu dan mau memperhatikan hal-hal kecil hingga besar keadaan lingkungan baik melalui sumber bacaan, kata nara sumber maupun secara  langsung lewat indera sendiri mengetahui kejadian di lingkungan sekitar.

Peka melihat keadaan merupakan sikap yang harus dimiliki oleh calon penulis ataupun penulis karya ilmiah yang sudah biasa menulis. Walaupun permasalahan yang dapat diangkat sebagai bahan tulisan itu berserakan  banyak sekali di sekitar kita akan tetapi apabila calon penulis  tidak peka melihatnya maka tulisan yang diharapkan itu pun tidak akan menjadi kenyataan.

Membaca berita dalam koran bagi calon penulis peka tentu tidak sekedar membaca kemudian hilang tanpa kesan. Bagi pembaca peka, isi berita itu dapat diangkat sebagai bahan tulisan yang segera dikaitkanhubungkan  dengan sumber pustaka dan secara jeli dianalisisnya  menjadi sebuah karya ilmiah yang pantas dipajang di media masa.

Oleh karena itu tangkaplah fenomena di sekitar Anda sebagai inspirasi bahan tulisan yang aktual. Fenomena yang ada di sekitar itu identik dengan kesempatan yang tak pernah datang dua kal

Ketiga, Buat Klipping Artikel Pendidikan

Bersamaan dengan melatih diri untuk peka menangkap keadaan sekitar sebaiknya Anda juga rajin untuk mengumpulkan / mengklipping tulisan orang lain yang bernuansa pendidikan. Ambillah artikel pendidikan  sekalipun dari bungkus tempe / bungkus kacang goreng ! Kumpulkan tulisan-tulisan itu hingga banyak maka  akan menjadi sumber referensi yang jelas dan akan menambah wawasan  Anda.

Setelah membaca kumpulan artikel yang ditulis banyak orang itu, Anda akan mendapatkan sesuatu yang bersinar dari artikel tersebut. Sinar yang menerangi pikiran dan hati Anda sehingga menunjukkan jalan lebar menuju kampung penulis cerdas. Sinar itu adalah : 1. motivasi menulis, 2. perbendaharaan bahasa media masa, 3. karakteristik penulis,4. urutan kronologis susunan tulisan, 5. referensi pengetahuan,6. mendapatkan idola model bentuk tulisan

Anda bisa meniru model tulisan orang lain, namun tak boleh menjadi plagiat yang merangkum tulisan-tulisan orang lain. Meniru model dapat diartikan meniru bentuk tulisan. Meniru urutan kronologi susunan tulisan dan meniru gaya tulisan orang lain agaknya tidak dilarang.

Dengan banyak membaca artikel orang lain Anda bisa meniru polanya walaupun makin lama Anda menemukan pola baru sebagai ciri khas bentuk karya tulisan Anda. Sebagai calon penulis, Anda berada selangkah lebih maju daripada teman yang mau menulis akan tetapi tidak bersedia mengklipping artikel orang lain. Percayalah, langkah ini  merupakan langkah jitu sebagai penulis karya ilmiah populer otodidak. Penulis buku ini membuktikan. Cobalah

Keempat, Mencari Tahu Langsung kepada Penulis

Ada pepatah ” Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina ” mengajarkan kita agar  bersemangat, tidak mudah putus asa dalam meraih cita-cita. Carilah penulis yang tulisannya sering diterbitkan di media masa. Mintalah petunjuk kiat dan strategi menulis yang bisa lolos seleksi  redaktur media masa. Sering-seringlah berjumpa dengannya sehingga akrab sebagaimana teman karibnya.  Pepatah Jawa ” Cerak – cerak kebo gupak ”  yang berarti apabila berdekatan dengan teman maka akan terpengaruh sikap dan karakter teman akrab tersebut. Baik ataupun tidak baik sikap dan karakter teman itu akan kuat sekali mempengaruhi.

Apabila kita terpengaruh secara positif motivasi dalam menulis oleh teman maka sesungguhnya itulah yang kita cari. Pengaruh teman akrab lebih mempan daripada seribu nasihat nara sumber seminar. Percayalah

Berguru kepada teman akrab jauh lebih efektif daripada menimba pengetahuan dari Maha Guru yang jarang sekali bertemu. Tanamkan pradugamu yang baik bahwa penulis sejati akan selalu melayani teman akrab yang minta diajari  menulis seperti yang dia alami.

Penulis sejati, ikhlas hingga sanubari memberi ilmu  rahasia  menulis  yang dia miliki,  tanpa harus minta

ganti rugi. Penulis sejati memang kaya budi. Bertemanlah kepada penulis niscaya Anda akan  termotivasi untuk menulis.

Kelima, Memahami Karakteristik Media Masa

Karya tulis yang dimuat pada  sebuah koran belum tentu dapat dimuat di koran lain sekali pun mungkin dianggap berbobot. Mengapa ? Tolok ukur karya tulis yang bisa dimuat, setiap redaksi berbeda. Tingkat bobot tema, bahasa dan analisis setiap redaksi media masa terhadap sebuah karya tulis, berbeda.

Ada media masa yang tidak  berani memuat karya tulis dengan bahasa keras (menyinggung pemerintah) namun sebaliknya ada media masa yang senang memuat karya tulis bertaraf keras. Ada media masa yang tidak suka memuat karya tulis bernuansa agamis dan ada media masa yang senang dengan karya tulis yang bernuansa agamis. Demikian juga panjang pendek karya tulis yang bisa dimuat, setiap redaksi media masa mempunyai ketentuan yang berbeda. Dan masih banyak lagi hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan ketentuan masing-masing redaksi media masa.

Oleh karena itu, sebelum Anda banyak mengalami kegagalan, pahami dulu karakteristik setiap redaksi yang akan Anda kirimi karya tulis Anda. Setelah Anda memahami pada gilirannya tinggal mengasah tata bahasa, mengolah kata untuk menyesuaikan ketentuan media masa dalam bentuk karya yang siap saji di meja pembaca.

Keenam Catat Alamat Redaksi Media Masa

Redaksi yang akan Anda kirimi karya tulis Anda hendaknya tidak terpatri pada satu media masa. Karya tulis  Anda yang tidak lolos pada salah satu media masa dapat dikirimkan lagi ke media lain setelah ditunggu kurang lebih 10 hari sejak tulisan Anda sampai di meja redaksi media masa dan ternyata  tidak dimuat. Untuk itulah alamat redakasi beberapa media masa harus ada di tangan Anda.

Di bawah ini disajikan alamat redaksi beberapa media masa baik koran , majalah, buletin maupun jurnal pendidikan.

Ketujuh, Rajin Baca Referensi

Membaca buku referensi adalah wajib bagi guru calon penulis ataupun yang sudah menjadi penulis. Tanpa mau membaca buku referensi niscaya tak akan bertambah wawasan maupun pengetahuan yang dimiliki. Referensi merupakan pendukung dan penguat  pendapat  Anda  yang tertuang dalam karya tulis Anda. Anda tak bisa berpendapat seenaknya tanpa ada dukungan fakta dan referensi.

Perlu diketahui, karya tulis Anda dinilai lemah oleh redaktur media masa apabila tidak didukung referensi terbaru.  Dan itu indikasi karya tulis Anda tak akan lolos dari uji redaktur media masa. Ujung- ujungnya karya tulis Anda tak akan dimuat dan hanya akan  dibuang di bak sampah penerbit.

Lebih lanjut apabila karya tulis Anda dapat dimuat pada media  yang Anda kirimi, belum tentu mendapat nilai dari Tim Penilai Pengembangan Profesi Guru. Karya tulis tersebut selanjutnya disebut sebagai obrolan  penulis yang tidak memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiah baku.

Perlu dipahami karya tulis dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah yang memenuhi syarat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut ( Kastam Syamsi, 2006) , 1. Isi sajian berada pada kawasan pengetahuan keilmuan, 2. Penulisannya cermat, tepat, benar menggunakan sistematika umum dan jelas, 3. Tidak bersifat subjektif, tidak boleh emosional, mengungkapkan terkaan, prasangka, atau memuat pandangan-pandangan tanpa fakta dan rasional yang mantap dan 4. Didukung dan dikuatkan referensi yang jelas

Sebelum Anda menjadi penulis yang handal, langkah awal yang harus Anda lakukan adalah bersikap akrab dengan buku-buku referensi. Buku-buku itulah sebagai sumber pendorong motivasi, pengembang inspirasi dan pembela argumentasi.

Buku referensi merupakan gudang pengetahuan dan wawasan. Membaca buku referensi berarti membuka kunci gudang wawasan. Wawasan itu sangat diperlukan bagi guru calon penulis karya ilmiah populer ataupun yang sudah terbiasa menulis. Makin tinggi keinginan Anda menulis makin banyak wawasan yang perlu dimiliki.

Nah, jika Anda menginginkan banyak wawasan, maka harus banyak membaca buku referensi. Anda jangan terpaku hanya membaca satu buku referensi. Banyaknya buku referensi yang Anda baca berkorelasi positif terhadap keluasan wawasan yang Anda miliki. Keluasan wawasan Anda menentukan kualitas karya  tulis Anda. Kualitas karya tulis akan berdampak pada pemuatan dan pengakuan masyarakat. Pada gilirannya, kualitas karya tulis akan mempererat hubungan Anda dengan penerbit media masa. Keakraban inilah mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap kualitas nama Anda di media masa.

Oleh karenanya, Anda harus rajin membaca buku dari banyak buku referensi. Cara mendapatkan banyak buku referensi di antaranya dengan : 1. membeli buku-buku referensi di toko buku , 2. meminjam buku-buku referensi teman yang memilikinya, dan  3. membaca buku di perpustakaan.

Kedelapan, Consisten Mau Menulis

Konsisten mau menulis artinya taat atas ketekadan dirinya untuk menulis. Pendiriannya untuk menulis ajek, tidak berubah-ubah sekalipun 1,2,3 bahkan sampai 6 kali karya tulisnya tidak dimuat di media masa.

Konsisten merupakan landasan kekuatan pertahanan motivasi menulis dalam menghadapi rongrongan yang berasal dari kebosanan, kemalasan dan makin menggejalanya erosi motivasi.

Bersamaan menjaga kelestarian motivasi, konsistensi juga harus  dipertahankan. Kedua unsur inilah pada hakekatnya merupakan roh kegiatan penulisan karya ilmiah. Kedua unsur inilah merupakan pendorong terwujudnya karya tulis ilmiah. Guru-guru yang belum mau memulai menulis karya ilmiah itu pada umumnya lebih disebabkan oleh rendahnya motivasi dan konsisten menulis.

Kegagalan memang menyakitkan. Beberapa kali karya tulis yang dikirimkan ke media masa tidak diterbitkan  bisa jadi membuat si penulis patah semangat, putus asa dan stress hingga berhenti tidak mau menulis lagi. Patah semangat sendirian masih dirasakan belum memuaskan.  Ia segera berkoar kemana-mana  dengan kejengkelannya mengatakan,” Membuat karya tulis itu sulit. Karya tulis itu melelahkan. Media masa tidak adil. Media masa itu tidak fair ,” dan lain-lain. Semua perkataannya bernada kecewa dan meluapkan isi hatinya dengan mengumpat kesulitan karya tulis dan ketidakadilan redaktur media masa. Sikap seperti itulah yang disebut tidak konsisten.

Apabila Anda termasuk yang demikian , lekaslah mawas diri ! Sikap yang seperti itu bukan sifat penulis yang cerdas. Bangunlah semangat yang baru untuk membentuk artikel yang bisa memenuhi selera setiap penerbit sehingga nama Anda terpampang di halaman media masa. Cobalah,  artikel-artikel Anda yang tidak lolos uji redaktur suatu media masa agar diperbaiki untuk dikirimkan lagi ke media masa yang lain dengan memperhatikan berbagai komponen yang mendukungnya

Jagalah konsisten dan kemauan diri untuk menulis agar Anda benar-benar menjadi guru yang lincah, dan bergairah menulis. Selamat  !

DAFTAR PUSTAKA

Jumat, 09 Maret 2012

MAKALAH KELOMPOK PENALARAN INDUKTIF DAN PENALARAN DEDUKTIF

 PENALARAN INDUKTIF DAN PENALARAN DEDUKTIF
I.                    Latar Belakang
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).

II.                 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat  disimpulkan rumusan masalah, yaitu apa perbedaan penalaran induktif dan penalaran deduktif ?


III.             Tujuan Penulisan
Mengetahui apa  perbedaan penalaran induktif dan penalaran deduktif.

IV . Pembahasan
          Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Contoh penalaran induktif : 
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. 



Contoh generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia deseluruh daerah diindonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Macam – macam generalisasi :
·       Generalisasi sempurna
      Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
·       Generalisasi tidak sempurana
      Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Penalaran generalisasi bertolak dari satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
b.     Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
·       Hubungan akibat sebab
Hubungan akibat sebab merupakan suatu proses berfikir dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat, kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
Contoh :
Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota.

Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)




 Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah, ”A discourse in wich certain things being posited, something else than what is posited necessarily follows from them”. pola penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
   Corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Contoh :
-Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
-DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
  kesimpulan —> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Ada 2 macam penalaran deduktif
Menarik simpulan secara Langsung
Menarik simpulan secara Tidak Langsung
menarik Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis. sedangkan menarik secara tidak langsung merupakan kebalikan dari secara langsung dimana pada secara tidak langsung membutuhkan 2 buah premis sebagai datanya.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a.      Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
b.     Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis



V.                KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Induksi dan penalaran Deduktif.
-        Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.
-        Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem.




 Daftar Pustaka :
1.     Ahmadi, H.Abu . 1998 . psikologi Umum . jakarta : PT Rineka Cipta
2.     Ambarwati, Sri  Bahasa Indonesia untuk SMA / MA kelas X semester genap. Klaten , Jawa Tengah : CV Viva Pakarindo

NAMA KELOMPOK 3EA06 :
1.     DESY ARISYANDI      14209535
2.     ISHAQ HASSAN          12209872
3.     MUTHIA DEWI P.        12209625
4.     TUTI PRATIWI             15209911
5.     ZAHROTUSSAIDAH   14209621  


Kamis, 08 Maret 2012

PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah, ”A discourse in wich certain things being posited, something else than what is posited necessarily follows from them”. pola penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
   Corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Contoh :
-Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
-DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
  kesimpulan —> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Ada 2 macam penalaran deduktif
Menarik simpulan secara Langsung
Menarik simpulan secara Tidak Langsung
menarik Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis. sedangkan menarik secara tidak langsung merupakan kebalikan dari secara langsung dimana pada secara tidak langsung membutuhkan 2 buah premis sebagai datanya.
Penalaran secara tak langsung terbagai atas ;
1. Silogisme Kategorial
yakni silogisme yg terjadi dari 3 proposis yg mana dua proposisi awal sebagai premis dan satu sisanya sebagai simpulan.
2. silogisme Hipotesis
silogisme yg terdiri atas premis major yg berproposisi kondisional hipotesis. kalau premis minornya membenarkan anteseden, simpulan membenarkan konsekuen begitu pula sebaliknya.
3. Silogisme Alternatif
silogisme yg terdiri atas premis mayor yg berupa proposisi alternatif. kalo premis minornya membenarkan salah satu alternatif maka simpulan akan menolak alternatif yg lain.
4. Entimen
silogisme yg tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah di ketahui secra umum.

SUMBER 
-. http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran


PENGERTIAN PROPOSISI,EVIDENSI DAN KONKLUSI.


PENGERTIAN PROPOSISI

Proposi adalah ekspresi verbal dari putusan yangberisi pengakuan atau pengingkaran sesuatu(predikat) terhadap sesuatu yang lain (subyek)yang dapat dinilai benar atau salah.


Unsur-unsurProposisi.
1.Term subyek2.
2. Term predikat
3.Kopula
Klasifikasi proposisi kategoris
1.Berdasarkan jenis kata pada termsubyek dan predikat.
(a). Proposisi kategoris standar.
(b). Proposisi kategoris tidak standar
. Berdasarkan kuantitasnya.
(a). Proposisi singular
 (b). Proposisi partikular
(c). Proposisi universal

PENGERTIAN KONKLUSI

Penarikan konklusi atau inferensi ialah proses mendapatkan suatu proposisi yang ditarik dari satu atau lebih proposisi, sedangkan proposisi yang diperoleh harus dibenarkan oleh proposisi (proposisi) tempat menariknya. Proposisi yang diperoleh itu disebut konklusi. Penarikan suatu konklusi dilakukan atas lebih dari satu proposisi dan jika dinyatakan dalam bahasa disebut argumen. Proposisi yang digunakan untuk menarik proposisi baru disebutpremis sedangkan proposisi yang ditarik dari premis disebut konklusi atau inferensi.
Penarikan konklusi ini dilakukan denga dua cara yaitu induktif dan deduktif. Pada induktif, konklusi harus lebih umum dari premis (premisnya), sedangkan pada deduktif, konklusi tidak mungkin lebih umum sifatnya dari premis (premisnya). Atau dengan pengertian yang popular, penarikan konklusi yang induktif merupakan hasil berfikir dari soal-soal yang khusus membawanya kepada kesimpulan-kesimpulan yang umum. Sebaliknya, penarikan konklusi yang deduktif yaitu hasil proses berfikir dari soal-soal yang umum kepada kesimpulan-kesimpulan yang khusus.
Penarikan suatu konklusi deduktif dapat dilakukan denga dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penarikan konklusi secara langsung dilakukan jika premisnya hanya satu buah. Konklusi langsung ini sifatnya menerangkan arti proposisi itu. Karena sifatnya deduktif, konklusi yang dihasilkannya tidak dapat lebih umum sifatnya dari premisnya. Penarikan konklusi secara tidak langsung terjadi jika proposisi atau premisnya lebih dari satu. Jika konklusi itu ditarik dari dua proposisi yang diletakan sekaligus, maka bentuknya disebutsilogisme (silogisme ini akan dibahas pada bab khusus).
Karena silogisme akan dibahas pada bab khusus, maka pada bab ini akan dipaparkan penarikan konklusi secara langsung.

PENGERTIAN EVIDENSI 

Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatau fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris.




Sumber :

PENALARAN INDUKTIF

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Untuk membedakan preposisi umum seperti:
Semua es dingin.
Semua bola biliar bergerak ketika didorong tongkat.
Induksi kuat:
Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.
Induksi lemah:
Aku selalu menggantung gambar dengan paku.
Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.

Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Perbedaan dari penalaran deduktif dan induktif adalah, penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.
Ada pun macam-macam dari penalaran induksi, yaitu:
Generalisasi
Proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena atau peristiwa individual (khusus) untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tersebut. Generalisasi dapat diartikan juga sebagai pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar peristiwa. Generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh data statistic dan lain-lain.
Contoh dari generalisasi:
Pemakaian bahasa Indonesia diseluruh Indonesia baik dari generasi yang dahulu maupun generasi yang sekarang blum dapat diseragamkan. Perbedaan dapat dilihat mulai dari struktur kalimat maupun dalam hal pengucapan. Contoh lainnya dalam penyampaina yang ada pada surat kabar, pembawa acara radio maupun televisi masih belum dapat dikatakan benar karena sudah dapat bahasa pergaulan yang lebih umum untuk disampaikan dari pada bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sendiri. Fakta-fakta yang ada ini masih menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditinggatkan lebih banyak lagi agar dapat tercapainya keselarasan dalam berbahasa.
Macam-macam generalisasi:
Generalisasi sempurna (generalisasi dengan loncatan)
fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena atau peristiwa yang ada akan tetapi seluruh fenomena yang ada dapat menjadi dasar penyimpulan.
Contoh : Hampir semua anak kelas 3 mengambil bagian dalam mengisi acara untuk perpisahan akhir tahun nanti.
Generalisasi tidak sempurna (generalisasi tanpa loncatan)
fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan dan sebagian fenomena dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Contoh : Semua anak-anak menyukai makanan yang manis-manis.
 Analogi
Proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain dengan cara membandingkan peristiwa yang ada dengan peristiwa sebelumnya, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk satu hal berlaku juga untuk hal lain. Dengan kata lain penalaran analogi dapat diartikan sebagai proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan atau proses membandingkan dari dua peristiwa (hal) yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian ditariklah kesimpulan dari persamaannya tersebut.
Contoh :
Untuk menjadi seorang penari professional atau ternama dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Demikiannya dengan seorang atlit untuk dapat menjadi atlit professional dan berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang penari maupun seorang atlit diperlukan latihan yang rajin dan ulet.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran